Selamat
datang
di post saya yang ke-45. Pada postingan kali ini saya akan meresensi sebuah film baru yang tayang perdana pada tanggal 3 Juli kemarin yang berjudul The Amazing Spider-Man. The Amazing Spider-Man adalah film reboot dari trilogi Spider-Man yang pernah tayang di bioskop beberapa tahun yang lalu. Tentunya tidak ada yang asing dengan trilogi film ini karena film ini sangat populer di jamannya.
Salah satu poster film 'The Amazing Spider-Man' |
Disini saya tidak akan membahas trilogi film itu terlalu banyak hanya saja saya akan membandingkan film pertama dari trilogi Spider-Man yang disutradarai oleh Sam Raimi dengan The Amazing Spider-Man yang disutradarai oleh Marc Webb. Dalam film The Amazing Spider-Man ini lebih banyak hal-hal yang dalam Spider-Man milik Raimi tidak dimiliki. Kemiripan dengan komik juga ditambah salah satunya dengan menambahkan alat berupa Web Shooter yang dalam film Spider-Man (2002) tidak ditampilkan. Dibintangi oleh Andrew Garfield dan Emma Stone film ini mencoba menghadirkan sesuatu yang berbeda dari film terdahulu hal ini bisa dilihat dari tagline dari film ini yaitu "The Untold Story".
Emma Stone dan Andrew Garfield |
Perbedaan dari karakter juga terlihat cukup
banyak seperti tidak adanya karakter Harry Osborn dan Mary Jane Watson disini.
Selain itu love interest dari Peter Parker kali ini adalah Gwen Stacy. Jadi
bisa dilihat perbedaan yang cukup banyak dari film terdahulunya. Bagi yang
sudah mengerti alur cerita Spider-Man (2002), alur ceritanya hampir sama namun
disini dijelaskan asal usul mengapa Peter awalnya hidup hanya dengan Paman dan
Bibinya saja. Sehingga penonton awam yang tidak mengenal komik Spider-Man bisa
mengerti. Dalam film ini memang tidak diceritakan dengan explicit apa
yang terjadi dengan orang tua Peter, kemungkinan dari sinilah nanti sumber
konflik dari sekuel-sekuel The Amazing Spider-Man nantinya.
Stan Lee yang tampil kembali sebagai cameo |
Untuk kualitas dari filmnya sendiri sebenarnya tidak terlalu "Amazing" seperti judulnya. Dengan ekspektasi yang cukup besar, saya sedikit kecewa dengan film ini karena konflik yang diangkat tidak terlalu megena. Ditambah lagi villain yang menurut saya tidak terlalu badass, mungkin tujuan dari sang villainnya sendiri menurut saya terlalu aneh. Jujur saya lebih suka Green Goblinnya Willem Dafoe daripada The Lizardnya Rhys Ifans meskipun keduanya tergolong villain yang memiliki tujuan klise. Dari sosok tokoh utama banyak penonton yang lebih suka dengan Andrew Garfield sebagai Peter Parker karena aktingnya yang memang bisa dibilang paling bagus di sini, ditambah lagi Andrew lebih mirip Peter Parker yang ada dalam komiknya. Namun saya sendiri masih tidak bisa lepas dengan sosok Tobey Maguire sebagai Peter Parker.
Visual Effect
dari film ini tentu mengalami kemajuan yang cukup besar namun yang saya suka
adalah beberapa adegan pertarungan Spidey sama sekali tidak menggunakan CGI
murni koreo fight yang dicampurkan dengan unsur free running, hal ini
salah satu keunggulan yang tidak dimiliki di Spider-Man (2002). Keunggulan
lainnya adalah adegan dengan menggunakan CGI yang mana seolah-olah penonton
disuguhkan dengan sudut pandang orang pertama (First Person Camera). Apakah
film ini layak ditonton di 3D? Sepertinya efek 3D dari film ini biasa-biasa
saja, tidak terlalu banyak adegan yang layak ditonton di 3D. Tidak seburuk efek
3D The Avengers namun tidak sebaik efek 3D Men In Black 3 atau Wrath Of The
Titans.
Alur Ceritanya
cukup mirip dimulai dengan Peter Parker (Andrew Garfield), seorang siswa SMA
yang setelah kehilangan orangtua nya sejak kecil, ia tinggal dan dibesarkan
bersama Paman dan Bibi nya yaitu Paman Ben (Martin Sheen) dan Bibi May (Sally
Field). Seperti kebanyakan remaja lainnya, Peter saat ini sedang mencoba
menemukan jati dirinya dan menjadi lebih dewasa. Peter juga sekaligus menemukan
ketertarikan kepada seorang Siswi di sekolahnya bernama Gwen Stacy (Emma
Stone). Bersama Gwen, Peter saling berbagi arti sebuah kekuatan cinta,
kepercayaan, dan juga rahasia.
Peter kemudian
dihadapkan pada sebuah kasus misterius yang ternyata menghubungkannya dengan
masa lalu Ayahnya. Ia mulai menyelidiki misteri 'menghilangnya' kedua
orangtuanya yang kemudian membawanya ke Oscorp dan sebuah laboratorium
penelitian milik Dr. Curt Connors (Rhys Ifans) yang merupakan rekan Ayahnya
dulu. Peter dan alter-egonya sebagai Spider-Man akhirnya harus berhadapan
langsung dengan Dr. Curt Connors yang memiliki alter-ego yang sangat berbahaya
sebagai sosok The Lizard. Peter pun kemudian menggunakan kekuatan yang
dimilikinya untuk menerima takdirnya sebagai seorang Pahlawan.
Spider-Man vs The Lizard |
Rating dari saya
untuk film ini adalah (7/10). Menurut saya film ini hanya sekedar penceritaan
ulang dengan beberapa tambahan dari apa yang sudah diceritakan oleh Sam Raimi
dalam Spider-Man (2002). Jadi saya pribadi lebih menyukai Spider-Man versi Sam
Raimi ketimbang The Amazing Spider-Man versi Marc Webb. Namun saya yakin banyak
diantara penonton film yang penasaran dengan kualitas dari film ini, jadi
silahkan tonton bagi anda yang belum nonton. Dibawah ada trailer dari film ini.
Sekian resensi dari saya, apabila ada salah kata saya mohon maaf.
Terima Kasih, Semoga Membantu
setuju bro!
BalasHapusmau ngomen tapi TLDR cak...
BalasHapuslanjut wae !
Wah ada yang sependapat denganku! Si Andrew bukan tipe Peter Parker dengan prototip nerd tapi lebih urakan, kedua efeknya kurang waw deh menurutku dan yang ketiga film ini engga punya esensi cerita yang kuat seperti spiderman
BalasHapusblom liat euy...
BalasHapus