Star Wars X-Wing My Interpersonale(The Next): Kuliah KI: Nonton Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini)

PPCIndoAtas

Minggu, 13 November 2011

Kuliah KI: Nonton Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini)

Welcome back di blog saya, kali ini saya akan mempost untuk ke-tujuh kalinya di blog ini. Di post ke-tujuh ini, saya akan meresensi film lokal. Dimulai dengan kegiatan reguler saya, seperti biasa tiap hari Senin, salah satu mata kuliah yang saya sukai yaitu KI, mengadakan kuliah. Namun ada yang berbeda dengan kuliah KI yang diadakan pada hari Senin lalu. Yang membuat berbeda adalah kuliah kami pada waktu itu tidak sekedar tatap muka dan ajar mengajar, melainkan menonton sebuah film. Film yang kami tonton adalah sebuah film bergenre drama komedi yang mengandung unsur sosial, politik, maupun budaya. Film tersebut berjudul Alangkah Lucunya (Negeri Ini). 

Film ini dirilis pada tanggal 15 April 2010, cukup miris saya baru sempat menonton film ini sekarang. Film yang disutradarai oleh Deddy Mizwar ini bisa dibilang cukup sukses karena bisa mewakili Indonesia di ajang film bergengsi dunia ‘Academy Award 2011’ untuk kategori ‘Best Foreign Language Movie’ . Namun sayang sekali harus gagal untuk melewati penilaian masuk nominasi-nya.

Film ini bercerita tentang seorang sarjana manajemen bernama Muluk yang belum mendapat pekerjaan.  Sedangkan ia ingin segera mapan untuk bisa menikahi anak perempuan dari Haji Sarmidi yang bernama Rahma. Kemudian pada suatu hari Muluk bertemu dengan Komet seorang pencopet cilik, dia memergokinya sedang mencopet namun Muluk melepaskan Komet. Ketika Muluk bertemu dengan Komet lagi Komet mengajaknya di sarang para pencopet, kemudian bertemulah si Muluk dengan Jarot bos pencopet. Kemudian Muluk berniat untuk bekerjasama dengan mereka. Hasil dari pencopetan dialihkan sebagian ke suatu usaha yang dapat menguntungkan Muluk dan para pencopet itu sendiri, agar di masa depannya nanti para pencopet tersebut tidak perlu mencopet lagi untuk mendapatkan uang. Jarot setuju karena dia tidak ingin anak-anak tersebut menjadi pencopet selamanya. Mendengar Jarot setuju, si Muluk langsung menyebarkan berita bahagia ke ayahnya, Haji Sarmidi, Haji Rahmat, dan Rahma bahwa dia telah mendapatkan pekerjaan di bagian Pemanfaatan Sumber Daya Manusia.

Pekerjaan Muluk lancar terus sampai dia bisa membelikan sepeda motor dari hasil pekerjaannya. Muluk pun membuatkan rekening untuk mereka. Melihat sebagian anak-anak pencopet yang memakai seragam, Muluk pun menjadi sedikit miris karena anak-anak tersebut tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Akhirnya Muluk pun mengajak Syamsul seorang sarjana pendidikan yang menganggur untuk mengajari mereka pendidikan formal. Mengingat bahwa pekerjaan formal saja tidak cukup Muluk juga mengajak temannya bernama Pipit anak perempuan dari Haji Rahmat yang pekerjaannya hanya ‘ngelotre’ sepanjang hari untuk mengajarkan pendidikan agama. Akhirnya para pencopet itupun menjalani hari-hari mereka dengan mencopet kemudian dilanjutkan dengan belajar pendidikan formal dan agama. Akhirnya para pencopet itupun dianggap telah mengalami kemajuan yang baik, Muluk pun berniat untuk mengadakan acara kecil-kecilan mirip upacara untuk merayakan kemajuan mereka dengan cara menyediakan barang-barang bekal mengasong untuk mereka, meskipun jumlahnya cuma sedikit Muluk ingin sebagian dari mereka untuk mulai mengasong dan meninggalkan mencopet.

Masalah mulai muncul ketika Pak Makbul ayah dari Muluk, Haji Sarmidi, dan Haji Rahmat ingin melihat kantor mereka. Pipit pun kebingungan, namun pada akhirnya Pipit terpaksa mengajak mereka. Sesampai disana Muluk pun kaget melihat kedatangan Pipit yang ditemani oleh ayahnya, Haji Sarmidi, dan Haji Rahmat. Namun Syamsul berusaha untuk meredam keadaan dengan menunjukkan bahwa usaha mereka tidak sia-sia, dengan cara mengetest kemampuan anak-anak pencopet itu. Akhirnya Haji Rahmat pun terlihat kagum dan senang, Haji Rahmidi kebingungan, dan Pak Makbul terlihat menyimpan kemarahannya.

Seusai acara tersebut Pak Makbul menyadarkan Haji Rahmat dan Haji Rahmidi bahwa hasil dari Muluk, Pipit, dan Syamsul adalah hasil yang haram. Akhirnya Muluk dan Pipit memutuskan untuk berhenti. Syamsul pun yang sudah merasa dia berguna karena awalnya hanya pengangguran menjadi marah dan akhirnya terpaksa berhenti juga. Setelah mereka semua berhenti mereka mengunjungi sarang para pencopet tersebut, namun tidak disangka hanya Komet dan beberapa temannya yang benar-benar berhenti mencopet dan memulai mengasong, sisanya masih tidak berubah. Kemudian Muluk mengikuti nasihat ayahnya untuk belajar mengemudi dan berniat untuk menjadi seorang supir. Ketika Muluk belajar mengemudi dia bertemu dengan Gareng yang terlihat dikejar massa karena tertangkap mencopet. Tidak lama kemudian dia juga berjumpa dengan Komet dan teman-temannya yang mengasong. Sayangnya tiba-tiba datang para petugas Satpol. PP yang ingin menangkap Komet dan teman-temannya yang mengasong karena dianggap mengganggu lalu lintas. Namun dengan sigap Muluk turun dari mobil dan melindungi anak-anak tersebut, para petugas Satpol. PP yang tidak mampu mengejar Komet dan teman-temannya malah menangkap Muluk. Pada saat Muluk dinaikkan di mobil penangkapan Komet dan teman-temannya berusaha mengejar Muluk, namun mereka tidak bisa mengejarnya. Muluk hanya bisa tersenyum tanda bangga terhadap Komet dan teman-temannya yang sudah berniat untuk berhenti mencopet.

Benar-benar ending yang memukau. Film ini menunjukkan kejadian yang sebenarnya yang terjadi di masyarakat. Pendidikan dianggap tidak penting bagi sebagian masyarakat, karena apalah arti pendidikan tanpa sebuah koneksi yang dapat mempermudah keadaan. Sungguh lucu memang negara ini, dengan terang-terangan dituliskan bahwa “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara” tercantum pada UUD 1945 pasal 34 ayat 1. Namun kenyataannya apa? Anak-anak pengasong yang berniat untuk mencari uang dengan cara halal malah dikejar-kejar oleh petugas Satpol. PP dengan alasan mengganggu lalu lintas. Sedangkan di gedung DPR sana para koruptor dengan enaknya memakan uang rakyat tanpa gangguan petugas Satpol. PP yang memburu. Negara lain saja bisa benar-benar memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar di negara mereka dengan cara memberi mereka tempat tinggal sementara dan diberi kursus agar mampu hidup mandiri. Baiklah tidak usahlah kita membandingkan dengan negara lain, pasti tidak akan ada habisnya. Dimulai dari yang paling sederhana, cukup bercermin sajalah. Siapa yang bisa membuat negara kita ini menjadi lebih baik? Yang bisa menjawab hanya kita sendiri. Terima Kasih, Semoga Membantu.

2 komentar:

  1. film yang benar-benar menyentuh xD very nice.... anggota DPR wajib nonton nih

    BalasHapus
  2. like this movie....:)

    BalasHapus